Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2020

Gw Percaya Bumi Lonjong Bak Telur dan Bulan yang Datar Bak Martabak

Gambar
Tidak seperti kaum bumi datar atau rivalnya ilmuwan antariksa dari NASA sampe ESA yang sampe saat berdebat bentuk bumi antara datar dan bulat, gw justru tidak mau terjebak debat panjang mereka. Gw malah memberikan alternatif bentuk bumi yang sesungguhnya, yang tentu berbeda dengan kedua paham diatas. Gw berharap bentuk bumi itu bulat lonjong seperti telur. Hipotesis bumi lonjong bak telur berdasarkan rotasi bumi terhadap munculnya siang dan malam. Selain itu, kondisi musim yang berubah-ubah saat ini memberikan tambahan bukti awal bahwa putaran rotasi pada saat ini terletak pada sumbu rotasi dibagian yang paling lonjong (telur yang berdiri tegak berputar sepeti gangsing), mulai melemah dan gerakan bumi sedikit tak beraturan, agak bergeser, tapi tak terlepas dari orbit matahari. Kelonjongan bumi bisa disebabkan karena lamanya bumi berputar dan tekanan gravitasi matahari dan efek perputaran bulan yang mengelilingi bumi. Konsukwensi-nya bentuk bulan lah yang mendekati datar aki

Akar Rasisme AS: Wawancara dengan Noam Chomsky

Gambar
Tidak hanya diskriminasi tetapi juga budaya kekerasan mengakar kuat di Amerika Serikat. Diberikan oleh elit lokal, perbedaan rasial berakhir untuk membenarkan ketidaksetaraan sosial massa - ciri bersejarah AS lainnya - dan tenaga kerja murah oleh "sosial yang unggul" Pembunuhan George Floyd, seorang warga negara kulit hitam Amerika berusia 46 tahun oleh empat polisi kulit putih di jalan-jalan Minneapolis, pada tanggal 25 Mei, telah menjadi peristiwa yang hilang untuk membunyikan peluit pressure cooker Amerika, sekali lagi membuka ke dunia realitas sosial AS yang terlalu keras, yang disebut "keistimewaan Amerika." Jurnalis Brasil Edu Montesanti, koresponden Pravda.ru di Amerika Selatan, telah berbicara sekali lagi dengan analis terkenal dunia Noam Chomsky. Jauh dari melihat solusi dari kelas politik AS, Profesor Doktor Chomsky menunjukkan "sejumlah kecil solusi dalam reaksi terhadap pembunuhan Floyd yang brutal," katanya dari rumahnya di Tucson,

Slavoj Zizek: Komunisme Global atau Hukum Rimba, Coronavirus Memaksa Kita untuk Memutuskan

Gambar
sumber; https ://www.rt.com/op-ed/authors/slavoj-zizek/ Seiring kepanikan terhadap penyebaran virus korona, kita harus membuat pilihan akhir - baik kita menerapkan logika paling brutal tentang kelangsungan hidup yang terkuat atau semacam komunisme yang diciptakan kembali dengan koordinasi dan kolaborasi global. Media kami tanpa henti mengulangi formula  "Jangan panik!"  Dan kemudian kita mendapatkan semua laporan yang tidak bisa tidak memicu kepanikan. Situasinya mirip dengan yang saya ingat dari masa muda saya di negara komunis: ketika pejabat pemerintah meyakinkan publik bahwa tidak ada alasan untuk panik, kami semua menganggap jaminan ini sebagai tanda yang jelas bahwa mereka sendiri panik. Terlalu serius untuk kehilangan waktu karena panik Panik memiliki logika sendiri. Fakta bahwa, di Inggris, karena kepanikan coronavirus bahkan gulungan kertas toilet telah menghilang dari toko-toko mengingatkan saya pada insiden aneh dengan kertas toilet dari masa muda saya

Bagaimana Fasisme di Indonesia?

Gambar
Pada mulanya pendudukan jepang, 1942, disambut hangat oleh politisi Indonesia pada waktu itu, termasuk Soekarno. Kampanye militer Jepang melawan wilayah pendudukan Belanda di Hindia-Belanda (Indonesia waktu itu) dengan slogan "persaudaraan asia timur raya" dianggap sebagai "pembebas" dari pendudukan Belanda terhadap Indonesia. Saking semangatnya Soekarno ikut berkampanye pengerahan Romusha untuk membantu Jepang berperang di front timur Asia. Selain mobilisasi Romusha, Jepang juga membangun kekuatan militer dengan menambah milisi dari daerah pendudukannya, yaitu PETA. Seperti diketahui, kehadiran Jepang membuat perjuangan Indonesia terpecah jadi 2 kelompok; dalam buku sejarah dikenal dengan gerakan koperatif dan non koperatif. Gerakan koperatif dianggap terilusi dengan kehdiran militer Jepang yg berada dikubu Fasisme dalam perang dunia II yg saat itu sedang berlangsung. Otomatis, kelompok yg non-koperatif adalah kubu perjuangan yg anti fasisme yg berhadap

Kenapa AI?

Gambar
Sophia Humanoid dengan kecerdasan AI Perkakas manusia, kira2 begitu, telah mendorong manusia berevolusi keluar dari kerajaan hewan dan menjadi penguasa atas mahluk2 hidup lainnya dipuncak "rantai makanan". Ya, dimulai dengan "perkakas", alat bantu kerja, dari yg sederhana batu tajam hingga halus, menjadi alat potong maupun alat peremuk dan mata tombak sampai kemata panah. Kemudian dari mengenal berbagai jenis batu dalam pengunaannya, manusia bisa menciptakan api.  Ya, api yg digesekan oleh bebatuan. Api kemudian merevolusi segala hal. Api adalah energi yg membawa peradaban manusia berjalan lebih cepat; dari mengawetkan makan, mempengaruhi suhu sekitar hingga memisahkan tanah dan material logam.  Munculah surplus makanan hasil dari mengawetkan hasil buruan, munculah apa yg disebut waktu luang dan kesempatan bertani dan menetap lebih lama disuatu wilayah. Musuh2 alami yg mengancam hidup pun berhasil disingkirkan, menjauh bahkan ada yg dijinakan bersamaan d

BUMN Senjata Ideologis Menjinakan Pasar Bebas

Gambar
BUMN itu gagal karena landasan teoritisnya juga tidak ada, ya karena landasan tersebut berkaitan dengan ideologi atau paham yg merancang bangun institusi tersebut. BUMN dinegara manapun, mau tidak mau merupakan implementasi ideologis sekaligus sarana dan prasarana menuju cita2 tersebut. Gagal secara teoritis misalnya, mengaitkan BUMN dengan istilah "state capitalism", pernyataan nyeleneh dari ekonom liberal awal tahun 1990-an ketika China mulai masuk permainan pasar global dengan mengunakan BUMN-nya sebagai "Vanguard" yg membimbing pelaku ekonomi kecil individual/swasta negaranya. Apapun yg terjadi pada BUMN saat ini bukan hanya aspek ekonomis saja, baik makro maupun mikro. BUMN hancur berbarengan dengan penghancuran secara sistematis "ideologi" yg melandasinya. BUMN seperti halnya KUD yg lebih dulu "dibunuh" secara terang2an dan "difitnah" oleh pelaku rente perbankan adalah alat2 dan senjata ideologis yg menghambat secara k

Uang Digital; Dominasi Ekonomi Ke Teknologi

Gambar
Ada yg menarik ditengah wabah Corona dan mulai lapuknya sistem ekonomi global saat ini, jalan keluar "alternatif" menganti sistem matauang pertukaran global sebagai jalan masuk menghentikan dominasi, atau mengalihkan tata pola lama dengan situasi baru akibat pandemi covid-19... Beberapa hari lalu ada beberapa kawan sempat menyentil perkembangan matauang digital saat berbincang melalui WA...tentu agak sulit bagi saya membicarakan hal tersebut ketika berita defisit APBN 2020 mencapai 1028 trilyun rupiah, yg menarik untuk dikira-kira apa yg akan terjadi selanjutnya... Tapi ada beberapa catatan yg menurut saya mengenai matauang digital ini, pertama, China secara de facto merupakan kekuatan ekonomi utama saat ini dimana saingan utama mereka benar2 terpuruk menghadapi wabah covid-19...kedua bahwa, membicarakan sistem keuangan alternatif sudah dilakukan China jauh sebelumnya ketika mereka baru bergabung dengan WTO dan mendorong BRICS sebagai alat bersama membendung domin

New Normal Adalah Candu Dalam Kopi

Gambar
New normal adalah upaya tak mau berubah...begitulah kira2...suatu yg terikat masa lalu, seperti candu, yg sulit ditinggalkan saking begitu ketergantungannya, memberikan ilusi sakit dengan rasanya yg berlipat ganda dalam imajinasi...sama seperti roman picisan dimana cerita sepasang kekasih harus berpisah karena perjodohan tapi berharap masih bisa saling bergandengan tangan diwaktu-waktu tertentu sekalipun situasinya sudah tidak seperti dulu... Seperti juga permainan kata pada umumnya, setiap subtansi bisa saja disiratkan secara terbalik, tumpang tindih tanpa konfigurasi konstan...new normal juga tidak menemukan landasan yg tepat terhadap makna yg ingin disampaikan...lebih memerlukan imajinatif ketimbang rasio...lebih terasa menjadi kata penghiburan ketimbang kata senyata-nyatanya kenyataan... --pengen ngupi tapi takut inget kamu yg bikin akuh ngga bisa tidur...😁😁😁

Demokrasi Dalam Bahaya Cinderella

Gambar
Ancaman demokrasi itu berasal dari dalam demokrasi itu sendiri, terutama demokrasi liberal.  Kalau mengidentikan otoritarianisme berkaitan dengan komunisme karena pemahamannya tentang kediktatoran proletariat secara terang terangan, yg kemudian ditunjuk-tunjuk oleh kaum liberal sebagai bukti bahwa itu semacam "membahayakan" demokrasi, fakta bahwa hal itu tidak sepenuhnya "milik" ideologi tertentu saja. Kasus Rusia saat ini adalah contoh menarik. Uniknya, kaum liberal, sekalipun demokrasi liberal dengan "pemilu" sebagai sarana paling otentik "suara" rakyat, belum tentu menjadi "kebenaran" atas suara rakyat seperti yg terjadi di Venezuela dimana negara2 demokrasi liberal lebih "senang" dengan presiden yg mengangkat dirinya sendiri tanpa melakukan pemilu. Sejarah mencatat ambiguitas antara "pandangan" liberal dengan tindakannya selama era perang dingin--alih2 menjauhkan kaum komunis maupun sosialis merebut s

Salam Kenal

Gambar
Hari ini saya sengaja membuat sebuah akun blog untuk menampung beberapa gagasan maupun beberapa catatan yg mungkin saja agak sedikit usil. Temanya bisa saja berat terutama tinjauan kritis atas politik maupun ekonomi, bisa juga santai mengenai apa yang terjadi di keseharian kita. Sebagai pemula, saya mungkin akan menaruh beberapa catatan yang pernah saya buat sejak lama, terutama yang tersimpan dalam media sosial dalam status-status saya yang cukup panjang, ataupun catatan-catatan dalam bentuk puisi masa lalu. Semoga para pengunjung blog ini bisa menjadi bagian untuk memperbaiki maupun memberikan masukan ataupun penilaian, bahkan teman berdiskusi ditengah situasi yang masih dalam pandemi ini. Sebelumnya saya ucapkan banyak terimakasih.