Kenapa AI?

Sophia Humanoid dengan kecerdasan AI

Perkakas manusia, kira2 begitu, telah mendorong manusia berevolusi keluar dari kerajaan hewan dan menjadi penguasa atas mahluk2 hidup lainnya dipuncak "rantai makanan". Ya, dimulai dengan "perkakas", alat bantu kerja, dari yg sederhana batu tajam hingga halus, menjadi alat potong maupun alat peremuk dan mata tombak sampai kemata panah. Kemudian dari mengenal berbagai jenis batu dalam pengunaannya, manusia bisa menciptakan api. 

Ya, api yg digesekan oleh bebatuan. Api kemudian merevolusi segala hal. Api adalah energi yg membawa peradaban manusia berjalan lebih cepat; dari mengawetkan makan, mempengaruhi suhu sekitar hingga memisahkan tanah dan material logam. 

Munculah surplus makanan hasil dari mengawetkan hasil buruan, munculah apa yg disebut waktu luang dan kesempatan bertani dan menetap lebih lama disuatu wilayah. Musuh2 alami yg mengancam hidup pun berhasil disingkirkan, menjauh bahkan ada yg dijinakan bersamaan dengan pemukiman-pemukiman baru yg bertumbuh. Lalu lahirlah seni, budaya baru, tatanan baru, dan yg terutama, gagasan atas hakekat hidup manusia yg baru saja meninggalkan dunia kerajaan hewan--gagasan yg memberikan identitas baru yg memisahkan dunia manusia dan hewan.

Baiklah, kembali ke soal AI. Manusia menciptakan dirinya pada perkakas. Ini seperti gagasan purba dimana manusia meninggalkan kerajaan hewan karena "serupa gambar Allah atau dewa2 pencipta alam semesta", manusia terpilih untuk menguasai dunia hewan, manusia bukan lagi hewan sebagai pemenang atas seleksi alam.

Penciptaan dirinya (manusia) pada perkakas moderen bernama robot, memberikan hak eksklusif "pengetahuan", dan tentunya, sistem moral, humanity, sense, dan semua hasil pengetahuan, kode, gagasan hasil ribuan tahun keunggulan manusia atas hewan yg selama ini terhambur dalam memori yg tersimpan dalam kecerdasan individu akan dirangkum menjadi satu, yaitu humanoid.

Apakah ini akan menjadikan manusia setingkat dengan Tuhan maupun dewa2 yg selama ini menjadi gagasan untuk mendominasi dunia beserta kerajaan hewan? Tentu tidak, justru, menaruh segalanya pada perkakas menjadikannya lebih manusia dari manusia itu sendiri jadi pertanda betapa manusia menyesali tubuh hewannya-- satu2nya penanda bahwa kecerdasan tak bisa menipu tubuh hewan pada manusia. Gagasan bahwa kelak akan ada surga ataupun nirwana yg membebaskan manusia dari tubuh hewan dan memiliki bentuk tubuh idealnya terasa belum cukup memberikan rasa nyaman yg lebih baik, dan penjara tubuh hewan telah menghantui berbarengan dengan api yg mereka jadikan wadah berkumpul pada awal2 segala sesuatu mulai lebih berbeda dari mahluk-mahluk hidup lainnya.

Kemudian sejarah seperti terdistrupsi, virus covid-19 menjadi tanda, betapa tubuh manusia tak lebih atau tak jauh beda denga  tubuh hewan. Keunggulan akal, keungulan perkakas, keunggulan gagasan, kembali diperhadapkan dengan apa yg tidak bisa manusia tinggalkan ribuan tahun lalu; kejengkelan atas tubuh yg tidak lebih dari hewan lainnya yg begitu nyata.

Kelak humanoid akan seperti monumen, seperti piramid di Mesir, tembok besar di China, patung2 megalitikum dipulau paskah; monumen atas penyesalan manusia atas memiliki tubuh yg sama seperti hewan2 lainnya dimuka bumi ini.

Selamat datang new normal...😁😁😁

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Prabowo dan Masalah Perburuhan

Belajar lah dari Dinasti KIM

Akar Rasisme AS: Wawancara dengan Noam Chomsky